A. Pengertian Amtsalil Qur’an
Menurut bahasa
(etimologi) kata amtsal berupa bentuk jamak dari lafal matsal.
Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan
kata syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam
maknanya.
Menurut bahasa,
arti lafal amtsal ada tiga macam, yaitu:
·
Bisa berarti
perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.
·
Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
·
Bisa juga berarti sifat, atau keadaan
atau tingkah laku yang mengherankan.
Imam Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf
juga memberikan arti kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat, dan
kisah, tetapi para ulama ahli Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap
lafal matsal, yaitu diartikan dengan majaz murakkab.[1]
Secara bahasa Amtsil berasal dari kata mitsl yang artinya
perumpamaan, sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yaitu :
·
Menurut
istilah ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan
sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
·
Menurut
istilah ulama ahli Bayan amtsal adalah ungkapan mazas yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang
dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
·
Menurut
ulama ahli tafsir amtsal adalah menampakkan pengertian yang abstak dalam
ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam
bentuk tasybih maupun mazas mursal.[2]
B.
Macam-macam Amtsalil Qur’an
Orang
yang pertama menyusun ilmu amstil
ialah Syaikh Abdur Rahman Muhammad bin
Husain An-Naisaburi, kemudian Imam Abdul Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Mawahdi Ibnul Qayyim dan Jalaluddin As-Suyuti.[3]
Ahli
balaghah mensyaratkan bahwa tamsil
itu harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk kalimatnya ringkas, isi
maknanya mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran atau
sampiran kinayahnya harus indah. Adapun
rukun amsal(tasybih) ada empat, yaitu
:
1.Wajah Syabbah
Yaitu
pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih
2.Alat Tasybih
Yaitu
kaf, mitsil, kaanna, dan semua lafaz yang menunjukan makna perserupaan.
3.Musyabbah
Yaitu
sesuatu yang diserupakan (menyerupai) musyabbah bih.
4.Musyabbah bih
Yaitu
sesuatu yang diserupai oleh musyabbah
Contoh tamsil dalam
Al-qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ
بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا
يَعْلَمُونَ
Artinya :
”Perunpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah
rumah laba-laba, kalau mereka yang mengetahui”. (Q.S.Al-Ankabut:41)
مَّثَلُ
الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ
الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ
ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ
Artinya :
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya,
amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada
suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat
sedikitpun dari apa yang Telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu
adalah kesesatan yang jauh”. (Q.S.Ibrahim:18)
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ
مِائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
“Perempuan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah, itu adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir,
pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang dikehendaki-Nya”.
(Q.S.Al-Baqarah: 261)
Dari
tiga contoh tersebut wajah syabbah terdapat pada masing-masing contoh. Contoh
pertama yang di jadikan wajah syabbah adalah “sifat kelemahan”, contoh kedua
yang jadi wajah syabbahnya adalah “kesia-siaan” (tidak bermanfaat) dan wajah
syabbah pada contoh ketiga adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”.
Secara
kebetulandari dua contoh diatas seluruhnya menggunakan alat tasybih kata mitsil
مثل yang disertai dengan kaf. Sedangkan yang menjadi musyabbah dan
musyabbah bih pada masing-masing contoh yaitu, orang-orang musyrik dan laba-laba,
amalan orang kafir dan abu, dan harta sadaqah di jalan Allah dan sebuah benih.
Pada
contoh pertama Allah membuat perumpamaan untuk orang-orang musyrik dengan
laba-laba. Perumpamaan itu menggambarkan bahwa orang-orang musyrik lebih lemah
dari pada sembahan-sembahan mereka, dan mereka tidak akan pernah mendapat
apa-apa selain kelemahan.
Pada ayat lain Allah
berfirman :
a.
Q.S.Maryam:81-82
(81). وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً
لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا
Artinnya :
Dan mereka telah mengambil
sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung
bagi mereka.
(82). كَلَّا ۚسَيَكْفُرُونَ
بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
Artinnya :
Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
b. Q.S.Yasin: 74-75
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ
اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ (74
Artinnya :
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah
agar mereka mendapat pertolongan.
لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ
مُحْضَرُونَ (75
Artinnya :
Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal
berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka
c. Q.S.Hud:1101
وَ مَا ظَلَمنهُم
وَلكِن ظَلَمُوا اَنفُسَهُم فَمَا اَغنَت عَنهُم الِهَتُهُمُ الَّتِي يَد عُو نَ
مِن دُو نِ ا للهِ مِن شَئ ءٍ لَمَّا جَا ءَ اَ مرُ رَ بِّكَ وَ مــــاَ ذَ ا دُ و
هُم غَيرَ تَتبِيبٍ
Artinya:
“Dan
kami tidak menganiaya mereka, tetapi mereka sendiri yang menganiaya diri mereka
sendiri, karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka
sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhan mu datang.
Dan sembahan-sembahan itu tidak menambah kepada mereka kecuali kebinasaan
belaka”.
Ayat
di atas menunjukan dengan tegas bahwa orang-orang musyrik yang menghormati,
meminta pertolongan dan perlindungan, menyembah dan bertuhan selain Allah,
tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali hal-hal yang berlawanan dengan harapan
mereka. Perumpamaan ini sangat baik dean mengena sekali untuk menunjuk kepada
kebatilan syirik, kerugian orang-orang syirik, kerugian orang-orang musyrik dan
kesia-siaan harapan mereka. Jika dikatakan bahwa sesungguhnya mereka mengetahui
bahwa selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba, tapi mengapa mereka menjadi
tidak menyadari hal itu. Inilah yang diisyaratkan dengan kalimat
لَوكَا نُوايَعلَمُو نَ(kalau mereka mengetahui). Jawabnya adalah bahwa Allah tidak
pernah menghilangkan pengetahuan orang-orang musyrik tentang lemahnya
sembahan-sembahan mereka itu melainkan mereka tidak menyadari bahwa pengambilan
pelindung-pelindung selain Allah merupakan kelemahan bahkan dengan perbuatannya
itu mereka menduga akan mendapatkan kemuliaan dan kekuatan sekalipun kenyataannya justru sebaliknya.[4]
Pada
contoh yang kedua Allah mengupamakan perbuatan orang-orang kafir, karena
kebatilan dan kesia-siaannya, seperti abu yang di tiup angin keras pada hari
angin kencang.Perbuatan mereka sia-sia dan percuma karena tidak berdasarkan
iman dan ihsan, karena tidak di tunjukkan kepada Allah dan pada pula bersandar
kepada aturan-Nya. Perbuatan-perbuatan itu seperti abu yang berterbangan di
tiup angin kencang. Pelakunya tidak dapat berbuat apa-apa ketika ia sedang
berada pada hari serba butuh, serta tidak dapat mengambil manfaat apapun dari
apa yang di perbuatnya di dunia. Tidak ada pahala dan manfaat yang dapat mereka
lihat dari perbuatanya.
Sesungguhnya
Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali yang di lakukan murni untuk-Nya dan
sesuai dengan syariat-Nya. Amalan perbuatan ada empat macam. Satu di terima dan
tiga di tolak. Yang di terima adalah perbuatan yang murni dan benar. Murni
artinya di tunjukkan kepada Allah semata, bukan untuk yang lain; sedang benar
artinya sesuai dengan syariat-Nya bagaimana di jelaskan oleh Rasulullah SAW.
Ketiga perbuatan lainnya yang di tolak adalah yang berbeda dari yang di terima
tadi.
Pengumpamaan
perbuatan orang-orang dengan abu mengandung rahasia bagus dan dalam. Antara
perbuatan mereka dengan abu terdapat keserupaan, yaitu pembakaran api dan daya
musnahnya. Maka perbuatan-perbuatan yang di kerjakan bukan untuk Allah dan
tidak berdasarkan kehendak-Nya merupakan hidangan lezat bagi api (neraka) dan
dengan perbuatan-perbuatan itu api (neraka) membakar pelakunya. Dari
perbuatan-perbuatan batil itu pula Allah mengadakan api (neraka) dan siksa bagi
pelaku-pelakunya, sebagaimana mengadakan kesenangan dan kenikmatan bagi
orang-orang yang berbuat baik sesuai dengan perintah-Nya dan murni untuk-Nya.
Sesungguhnya api sangat hebat membakar perbuatan-perbuatan mereka sehingga
menjadi abu. Mereka dan sembahan-sembahan mereka merupakan bahan bakar bagi api
neraka.
Adapun
pada contoh ketiga Allah mengumpakan infak yang dikeluarkan di jalan-Nya, baik
untuk jihat maupun untuk seluruh jalan kebaikan, seperti orang yang menabur
benih, setiap biji dari benih tersebut tumbuh dengan tujuh butir dan setiap
butir memiliki seratus biji. Allah melipat gandakan pahala infak menurut
keadaan orang yang berinpak: keimanan, keikhlasan dan ikhsannya, serta kemanfaatan,
kadar dan ketepatan infaknya. Pahala inpak berbeda-beda menurut kadar iman dan
keikhlasan hati disaat berinfak. Yaitu mengeluarkan harta di sertai dengan
ketetapan hati, kelapangan dada, dan keterbukaan jiwa infak itu keluar dari
hati sebelum keluar dari tangan. Orang yang berinfak kukuh dan tetap hati,
tidak ragu dan goyah, tidak pula terganggu oleh nafsu. Pahala ini berbeda pula
menurut kemanfaatan dan kebersihan infak itu.
Allah
mengumpamakan pengeluaran infak seperti penaburan benih. Orang yang mengeluarkan
harta semata-mata untuk Allah seperti yang menabur benih di tanah yang subur.
Apabila tanah ini tetap terpelihara, mendapatkan air dan sinar yang cukup,
tidak terganggu oleh pohon-pohon lain, tidak di serang hama atau tidak ada
gangguan dan bencana yang menimpa seperti kebakaran, maka penaburan benih ini
akan memberi hasil yang banyak atau seperti benih yang di tanam di kebun subur
yang terletak di tempat tinggi, mendaoatkan sinar matahari yang cukup, angin
yang memadai, pohon-pohonnya tumbuh baik dan subur karena di siram oleh air
hujan yang banyak, lalu memberikan hasil berlipat ganda. Kalaupun tidak ada
hujan deras, gerimis cukup menjadikannya tumbuh subur.
Di
antara manusia ada yang berinfak banyak dan ada pula yang sedikit. Sesunggu
Allah tidak akan menghilangkan pahala amal baik sebesar apapun asal saja di
kerjakan dengan baik dan ikhlas. Namun apabila perbuatan ini di sertai dengan
hal-hal yang merusak kebaikannya, maka pelakunya seperti orang yang memiliki
kebun besar dengan berbagai macam buah seperti kurma dan anggur, di kelilingan
oleh sungai-sungai yang bening, namun kemudian kebun di timpa bencana, di terpa
badai dan terbakar oleh api. Kebun ini tidak memberikan hasil apapun kecuali
kelelahan yang sangat, dan pemiliknya menjadi orang-orang yang lemah dan
kekurangan serta tidak dapat melahirkan generasi kecuali yang lemah dan bodoh,
tidak mampu mensyukuri nikmat dan tidak mampu pula memetik kemenfaatan. Hanya
kelelahan semata yang di dapatkanya.
·
Ibnu Abbas berkata:
“ini adalah perumpamaan orang yang umurnya di akhiri dengan keruskan”.
·
Mujahid berkata: “ini
adalah perumpamaan antara orang yang lemah akan ketaatan kepada Allah sampai
mati”.
·
As-Sadi berkata: “ini
adalah perumpamaan orang yang ria dalam mengeluarkan infak, yang di tunjukan
kepada selain Allah, manfaat yang di perlukan hilang sama sekali”.
Contoh-contoh
ayat tamsil lainnya dalam al-qur’an, yaitu :
a.
Q.S.Al-Baqarah: 18-20
(Tamsil orang-orang munafiq).
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا
يَرْجِعُونَ.(البقرة : 18)
Artinnya :
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah
mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
أَوْ
كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ
أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ
مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ. (البقرة :19)
Artinnya :
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan
lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat
telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut
akan mati. Dan (pengetahuan serta kekuasaan) Allah meliputi orang-orang yang
kafir.
يَكَادُ
الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا
أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ
وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(البقرة : 20)
Artinnya :
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan
mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki,
niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu.
b.
Q.S.Al-Ra’du: 7
(Tamsil orang-orang yang mukmin).
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ ۖ وَلِكُلِّ
قَوْمٍ هَادٍ
Artinnya :
Orang-orang yang kafir berkata:
"Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran)
dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan
bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.
c.
Q.S.Hud: 24 (Tasiml
orang-orang kafir).
مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالأعْمَى وَالأصَمِّ وَالْبَصِيرِ
وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٤)
Artinnya :
Perumpamaan kedua golongan (orang
kafir dan Mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat
dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil
pelajaran?
d. Q.S.Al-Jumat (Tamsil orang-orang tak mengamalkan kitab
suci).
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinnya :
Apabila telah ditunaikan shalat, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung.
e.
Q.S.Yunus: 24 (Tamsil
tentang kehidupan dunia).
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا
يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا
وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا
أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ
بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinnya :
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan
duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu
tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada
yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab
Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana
tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang
berfikir.
f.
Q.S.Al-Hujurat: 12
(Tamsil tentang pergunjingan) dan lain sebagainya.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ
إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ
أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾
Artinnya :
Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
C.
Hikmah
mempelajari Amtsalil Qur’an
Adanya berbagai bentuk amtsal di
dalam Al-Qur’an membawa kegunaan yang banyak, antara lain sebagai berikut:
1.
Pengungkapan
pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan
indera manusia.
2.
Dapat mengungkapkan kenyataan
dan mengkongkritkan hal yang abstrak.
3.
Dapat mengumpulkan
makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
4.
Mendorong giat
beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah, Ibnu
Qayyim, Tamsil Quran, Pustaka
Panjimas, Jakarta, 1993.
Akhdlari, Imam, Ilmu Balaghah, terj. Moch. Anwar
Al-Ma’arif, Bandung, 1989.
Chirzin, Muhammad, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyajakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya,
Dunia Ilmu, 2000.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran,
Bandung, Pustaka Setia, 1997.
[1]
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,
Surabaya, Dunia Ilmu, 2000. hlm . 309.
[2] Ahmad
Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 1997.
Hlm. 35.
[3]
Imam Akhdlari, Ilmu Balaghah, terj. Moch. Anwar Al-Ma’arif, Bandung,
1989. Hal.124.
[4] Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah, Tamsil Quran,
Pustaka Panjimas, Jakarta, 1993. Hal. 20.
[5]
Muhammad
Chirzin, Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an, Yogyajakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1998. Hlm.
127.
0 komentar:
Posting Komentar