Sabtu, 25 Februari 2017

Pengertian Amtsalil Qur’an


A.    Pengertian Amtsalil Qur’an
Menurut bahasa (etimologi) kata amtsal berupa bentuk jamak dari lafal matsal. Sedang kata matsal, mitsil, dan matsil adalah sama dengan kata syabah, syibih, dan syabih, baik dalam lafal maupun dalam maknanya.
Menurut bahasa, arti lafal amtsal ada tiga macam, yaitu:
·         Bisa berarti perumpamaan, gambaran, atau perserupaan.
·          Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing dan aneh.
·           Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan.
Imam Zamakhsyari dalam Tafsir Al-Kasysyaf juga memberikan arti kata matsal dengan arti perumpamaan, sifat, dan kisah, tetapi para ulama ahli Ilmu Bayan menambahkan arti yang keempat terhadap lafal matsal, yaitu diartikan dengan majaz murakkab.[1]
Secara bahasa Amtsil berasal dari kata mitsl yang artinya perumpamaan, sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat  yaitu :
·           Menurut istilah ulama ahli adab, amtsal adalah ucapan yang banyak menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
·           Menurut istilah ulama ahli Bayan amtsal adalah ungkapan mazas yang disamakan dengan asalnya karena adanya persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tasybih.
·           Menurut ulama ahli tafsir amtsal adalah menampakkan pengertian yang abstak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik, yang mengena dalam jiwa, baik dalam bentuk tasybih maupun mazas mursal.[2]

B.     Macam-macam Amtsalil Qur’an
Orang yang pertama menyusun ilmu amstil ialah Syaikh Abdur Rahman Muhammad bin Husain An-Naisaburi, kemudian Imam Abdul Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Mawahdi Ibnul Qayyim dan Jalaluddin As-Suyuti.[3]
Ahli balaghah mensyaratkan bahwa tamsil itu harus memenuhi beberapa ketentuan yaitu: bentuk kalimatnya ringkas, isi maknanya mengena dengan tepat, perumpamaannya baik dan sampiran atau sampiran  kinayahnya harus indah. Adapun rukun amsal(tasybih) ada empat, yaitu :
1.Wajah Syabbah
Yaitu pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih
2.Alat Tasybih
Yaitu kaf, mitsil, kaanna, dan semua lafaz yang menunjukan makna perserupaan.
3.Musyabbah
Yaitu sesuatu yang diserupakan (menyerupai) musyabbah bih.
4.Musyabbah bih
Yaitu sesuatu yang diserupai oleh musyabbah

Contoh tamsil dalam Al-qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya :
”Perunpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba, kalau mereka yang mengetahui”. (Q.S.Al-Ankabut:41)

مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لاَّ يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلاَلُ الْبَعِيدُ
Artinya :
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang Telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (Q.S.Ibrahim:18)

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya :
 “Perempuan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, itu adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. (Q.S.Al-Baqarah: 261)

Dari tiga contoh tersebut wajah syabbah terdapat pada masing-masing contoh. Contoh pertama yang di jadikan wajah syabbah adalah “sifat kelemahan”, contoh kedua yang jadi wajah syabbahnya adalah “kesia-siaan” (tidak bermanfaat) dan wajah syabbah pada contoh ketiga adalah “pertumbuhan yang berlipat-lipat”.
Secara kebetulandari dua contoh diatas seluruhnya menggunakan alat tasybih kata mitsil مثل yang disertai dengan kaf. Sedangkan yang menjadi musyabbah dan musyabbah bih pada masing-masing contoh yaitu, orang-orang musyrik dan laba-laba, amalan orang kafir dan abu, dan harta sadaqah di jalan Allah dan sebuah benih.
Pada contoh pertama Allah membuat perumpamaan untuk orang-orang musyrik dengan laba-laba. Perumpamaan itu menggambarkan bahwa orang-orang musyrik lebih lemah dari pada sembahan-sembahan mereka, dan mereka tidak akan pernah mendapat apa-apa selain kelemahan.
Pada ayat lain Allah berfirman :
a.       Q.S.Maryam:81-82

(81). وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا
Artinnya :
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka.

 (82). كَلَّا ۚسَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
Artinnya :
Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.

b.    Q.S.Yasin: 74-75
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ (74
Artinnya :
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
 لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ (75
Artinnya :
Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka

c.       Q.S.Hud:1101

وَ مَا ظَلَمنهُم وَلكِن ظَلَمُوا اَنفُسَهُم فَمَا اَغنَت عَنهُم الِهَتُهُمُ الَّتِي يَد عُو نَ مِن دُو نِ ا للهِ مِن شَئ ءٍ لَمَّا جَا ءَ اَ مرُ رَ بِّكَ وَ مــــاَ ذَ ا دُ و هُم غَيرَ تَتبِيبٍ
Artinya:
“Dan kami tidak menganiaya mereka, tetapi mereka sendiri yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhan mu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidak menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka”.

Ayat di atas menunjukan dengan tegas bahwa orang-orang musyrik yang menghormati, meminta pertolongan dan perlindungan, menyembah dan bertuhan selain Allah, tidak akan mendapatkan sesuatu kecuali hal-hal yang berlawanan dengan harapan mereka. Perumpamaan ini sangat baik dean mengena sekali untuk menunjuk kepada kebatilan syirik, kerugian orang-orang syirik, kerugian orang-orang musyrik dan kesia-siaan harapan mereka. Jika dikatakan bahwa sesungguhnya mereka mengetahui bahwa selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba, tapi mengapa mereka menjadi tidak menyadari hal itu. Inilah yang diisyaratkan dengan kalimat       لَوكَا نُوايَعلَمُو نَ(kalau mereka mengetahui). Jawabnya adalah bahwa Allah tidak pernah menghilangkan pengetahuan orang-orang musyrik tentang lemahnya sembahan-sembahan mereka itu melainkan mereka tidak menyadari bahwa pengambilan pelindung-pelindung selain Allah merupakan kelemahan bahkan dengan perbuatannya itu mereka menduga akan mendapatkan kemuliaan dan kekuatan  sekalipun kenyataannya justru sebaliknya.[4]
Pada contoh yang kedua Allah mengupamakan perbuatan orang-orang kafir, karena kebatilan dan kesia-siaannya, seperti abu yang di tiup angin keras pada hari angin kencang.Perbuatan mereka sia-sia dan percuma karena tidak berdasarkan iman dan ihsan, karena tidak di tunjukkan kepada Allah dan pada pula bersandar kepada aturan-Nya. Perbuatan-perbuatan itu seperti abu yang berterbangan di tiup angin kencang. Pelakunya tidak dapat berbuat apa-apa ketika ia sedang berada pada hari serba butuh, serta tidak dapat mengambil manfaat apapun dari apa yang di perbuatnya di dunia. Tidak ada pahala dan manfaat yang dapat mereka lihat dari perbuatanya.
Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali yang di lakukan murni untuk-Nya dan sesuai dengan syariat-Nya. Amalan perbuatan ada empat macam. Satu di terima dan tiga di tolak. Yang di terima adalah perbuatan yang murni dan benar. Murni artinya di tunjukkan kepada Allah semata, bukan untuk yang lain; sedang benar artinya sesuai dengan syariat-Nya bagaimana di jelaskan oleh Rasulullah SAW. Ketiga perbuatan lainnya yang di tolak adalah yang berbeda dari yang di terima tadi.
Pengumpamaan perbuatan orang-orang dengan abu mengandung rahasia bagus dan dalam. Antara perbuatan mereka dengan abu terdapat keserupaan, yaitu pembakaran api dan daya musnahnya. Maka perbuatan-perbuatan yang di kerjakan bukan untuk Allah dan tidak berdasarkan kehendak-Nya merupakan hidangan lezat bagi api (neraka) dan dengan perbuatan-perbuatan itu api (neraka) membakar pelakunya. Dari perbuatan-perbuatan batil itu pula Allah mengadakan api (neraka) dan siksa bagi pelaku-pelakunya, sebagaimana mengadakan kesenangan dan kenikmatan bagi orang-orang yang berbuat baik sesuai dengan perintah-Nya dan murni untuk-Nya. Sesungguhnya api sangat hebat membakar perbuatan-perbuatan mereka sehingga menjadi abu. Mereka dan sembahan-sembahan mereka merupakan bahan bakar bagi api neraka.
Adapun pada contoh ketiga Allah mengumpakan infak yang dikeluarkan di jalan-Nya, baik untuk jihat maupun untuk seluruh jalan kebaikan, seperti orang yang menabur benih, setiap biji dari benih tersebut tumbuh dengan tujuh butir dan setiap butir memiliki seratus biji. Allah melipat gandakan pahala infak menurut keadaan orang yang berinpak: keimanan, keikhlasan dan ikhsannya, serta kemanfaatan, kadar dan ketepatan infaknya. Pahala inpak berbeda-beda menurut kadar iman dan keikhlasan hati disaat berinfak. Yaitu mengeluarkan harta di sertai dengan ketetapan hati, kelapangan dada, dan keterbukaan jiwa infak itu keluar dari hati sebelum keluar dari tangan. Orang yang berinfak kukuh dan tetap hati, tidak ragu dan goyah, tidak pula terganggu oleh nafsu. Pahala ini berbeda pula menurut kemanfaatan dan kebersihan infak itu.
Allah mengumpamakan pengeluaran infak seperti penaburan benih. Orang yang mengeluarkan harta semata-mata untuk Allah seperti yang menabur benih di tanah yang subur. Apabila tanah ini tetap terpelihara, mendapatkan air dan sinar yang cukup, tidak terganggu oleh pohon-pohon lain, tidak di serang hama atau tidak ada gangguan dan bencana yang menimpa seperti kebakaran, maka penaburan benih ini akan memberi hasil yang banyak atau seperti benih yang di tanam di kebun subur yang terletak di tempat tinggi, mendaoatkan sinar matahari yang cukup, angin yang memadai, pohon-pohonnya tumbuh baik dan subur karena di siram oleh air hujan yang banyak, lalu memberikan hasil berlipat ganda. Kalaupun tidak ada hujan deras, gerimis cukup menjadikannya tumbuh subur.
Di antara manusia ada yang berinfak banyak dan ada pula yang sedikit. Sesunggu Allah tidak akan menghilangkan pahala amal baik sebesar apapun asal saja di kerjakan dengan baik dan ikhlas. Namun apabila perbuatan ini di sertai dengan hal-hal yang merusak kebaikannya, maka pelakunya seperti orang yang memiliki kebun besar dengan berbagai macam buah seperti kurma dan anggur, di kelilingan oleh sungai-sungai yang bening, namun kemudian kebun di timpa bencana, di terpa badai dan terbakar oleh api. Kebun ini tidak memberikan hasil apapun kecuali kelelahan yang sangat, dan pemiliknya menjadi orang-orang yang lemah dan kekurangan serta tidak dapat melahirkan generasi kecuali yang lemah dan bodoh, tidak mampu mensyukuri nikmat dan tidak mampu pula memetik kemenfaatan. Hanya kelelahan semata yang di dapatkanya.
·         Ibnu Abbas berkata: “ini adalah perumpamaan orang yang umurnya di akhiri dengan keruskan”.
·         Mujahid berkata: “ini adalah perumpamaan antara orang yang lemah akan ketaatan kepada Allah sampai mati”.
·         As-Sadi berkata: “ini adalah perumpamaan orang yang ria dalam mengeluarkan infak, yang di tunjukan kepada selain Allah, manfaat yang di perlukan hilang sama sekali”.

Contoh-contoh ayat tamsil lainnya dalam al-qur’an, yaitu :
a.       Q.S.Al-Baqarah: 18-20 (Tamsil orang-orang munafiq).

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ.(البقرة : 18)
Artinnya :
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آَذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ. (البقرة :19)
Artinnya :
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan (pengetahuan serta kekuasaan) Allah meliputi orang-orang yang kafir.  

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(البقرة : 20)
Artinnya :
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

b.      Q.S.Al-Ra’du: 7 (Tamsil orang-orang yang mukmin).
وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ ۖ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
Artinnya :
Orang-orang yang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu tanda (kebesaran) dari Tuhannya?" Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk.

c.       Q.S.Hud: 24 (Tasiml orang-orang kafir).

مَثَلُ الْفَرِيقَيْنِ كَالأعْمَى وَالأصَمِّ وَالْبَصِيرِ وَالسَّمِيعِ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلا أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٤)
Artinnya :
Perumpamaan kedua golongan (orang kafir dan Mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Samakah kedua golongan itu? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?

d.    Q.S.Al-Jumat (Tamsil orang-orang tak mengamalkan kitab suci).
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinnya :
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

e.       Q.S.Yunus: 24 (Tamsil tentang kehidupan dunia).
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinnya :
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

f.       Q.S.Al-Hujurat: 12 (Tamsil tentang pergunjingan) dan lain sebagainya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢﴾
Artinnya :
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.



C.    Hikmah mempelajari Amtsalil Qur’an
Adanya berbagai bentuk amtsal di dalam Al-Qur’an membawa kegunaan yang banyak, antara lain sebagai berikut:
1.      Pengungkapan pengertian yang abstrak dengan bentuk yang kongkrit yang dapat ditangkap dengan indera manusia.
2.      Dapat mengungkapkan kenyataan dan mengkongkritkan hal yang abstrak.
3.      Dapat mengumpulkan makna yang indah, menarik dalam ungkapan yang singkat dan padat.
4.      Mendorong giat beramal, melakukan hal-hal yangn menarik dalam Al-Qur’an.
5.      Menghindarkan dari perbuatan tercela.[5]

















DAFTAR  PUSTAKA


Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, Tamsil Quran,  Pustaka Panjimas, Jakarta, 1993.

Akhdlari,  Imam, Ilmu Balaghah, terj. Moch. Anwar Al-Ma’arif, Bandung, 1989.

Chirzin, Muhammad,  Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an,  Yogyajakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.

Djalal,  Abdul, Ulumul Qur’an,  Surabaya,  Dunia Ilmu,  2000.

Syadali,  Ahmad dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 1997.






[1] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an,  Surabaya,  Dunia Ilmu,  2000. hlm . 309.
[2] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 1997. Hlm. 35.
[3] Imam Akhdlari, Ilmu Balaghah, terj. Moch. Anwar Al-Ma’arif, Bandung, 1989. Hal.124.
[4] Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Tamsil Quran,  Pustaka Panjimas, Jakarta, 1993. Hal. 20.
[5] Muhammad Chirzin,  Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an,  Yogyajakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 1998. Hlm. 127.


0 komentar:

Posting Komentar